Cari Sesuatu ?

Google

Tuesday, November 18, 2008

RISALAH FILSAFAT EMPIRISME DAVID HUME


Seri Petualangan Filsafat, karya T.Z. Lavine
Kita jadi diingatkan kembali tentang APOSTERIORI, bahwa sebuah ilmu lahir setalah pengamatan. "Post" berarti "setelah" artinya setelah melewati penginderaan sebuah ilmu lahir, pengalaman empiri itu faktual, dengan ekstrem dikatakan bahwa orang yang mengunggul-unggulkan rasio adalah seorang-orang yang hidup di awang-awang. Platonis katanya.
David Hume, adalah orang yang membangkitkan citarasa keilmuan melalui ranah kekuatan pengamatan indrawi.
Empirisme memandang pengamatan pancaindera sebagai satu-satunya sumber pengetahuan terpercaya. Empirisme muncul pada awal tahun-tahun abad XVII.
Kendati buku ini nampaknya membentangkan sepak terjang Filsut David Hume, namun isi buku ini adalah sebuah esensi filsafat empirisme.
Data buku
JUDUL: David Hume--Risalah Filsafat Empirisme
PENULIS: T.Z. LAvine
PENERBIT: Jendela. Jl. Gejayan Gg. Buntu II/5A Yogyakarta 55281./ Telp. 0274-518886.
ISBN: 979-95978-126-3
TEBAL: xii + 87, 12 x 18 cm
Catatan: Diterjemahkan dari: From Socrates to Satre: The Philosophic Quest. New York: Bantam Books, Inc, 1984]

KEBANGKITAN EMPIRISME INGGRIS

Buku ini membentangkan bahwa empirisme berkembang di Inggris. Nama-nama besar filsuf yang mencermati empirisme sebagian besar berkebangsaan Inggris. Inilah yang mengindikasikan bahwa titik tertinggi kemajuan empirisme berada di Inggris dan sekitarnya. Skotlandia, dan Irlandia disebut juga sebagai temapt berkembangkan empirisme, yakni ketika abad XVII dan XVIII. Penganut empirisme Inggris klasik dan karya utamanya dalam teori pengetahuan antara lain:

  1. John Locke [1632-1704]--Essay Concerning Human Understanding [Esai yang berkenaan dengan pemahaman manusia]--1690
  2. George Berkeley [1685-1753] dalam A Treatise Concerning the Principle of Human Knowledge [Risalah mengenai Prinsip-prinsip Pengetahuan Manusia]--1710
  3. David Hume[1711-1776]--A Traetise of Human Nature [Risalaqh Mengenai Sifat Alami Manusia] --1738-1740, selanjutnya direvisi menjadi Enquiry Concerning Human Understanding [Penelitian atas pemahaman Manusia]--1751

[Catatan buku ini menohok penganut Rane Descartes, dan selanjutnya menanamkan kebencian dalam bentuk "Anti Cartesianisme. Buku ini juga menyediakan Glosarium untuk memudahkan khalayak bacanya. Hume dalam buku ini menegasdi Gagasan Jiwa dan Diri, bahkan terungkap secara jelas filosofi Hume mengenai agama. Kritik tajam Hume yang keras juga diungkap jelas, seperti:

  • Kritik Keras Hume atas Bukti Rasional Mengenai Tuhan
  • Kritik Keras Hume atas Deisme
  • Kritik Keras Hume atas Keyakinan pada Mujizat]

Monday, November 17, 2008

APAKAH FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU ?


B. Arief Sidharta membuat manfaat dalam kehidupannya, serta mengisi keunikan diri dengan aktivitas yang jarang dilakukan orang lain pada umumnya. Selalu dalam kehidupnya dijalani dengan penuh pemikiran yang reflektif, sebagai bukti ketika memperingati ulang tahunnya yang ke 70, tetap membuat pancaran yang bermanfaat kepada sesamanya. Ulang tahunnya ditandai dengan meluncurnya sebuah buku filsafat.
Buku yang dinganu dari kempulan tulisan ini berkutak dengan masalah filsafat, dari empat tulisan, terdapat tiga tulisan yang mengkhususkan pada filsafat ilmu. Tiga tulisan itu ialah:

  1. Apakah filsafat ilmu itu?
  2. Filsafat Ilmu
  3. Konsep Ilmu
Apakah filsafat ilmu itu ?
Filsafat ilmu dikupas dengan tahapan rincian sebagai berikut:

  • Tujuan Ilmu [The goal of science]
  • Penjelasan ilmiah [Scientific exolanation]
  • Teori dan hukum ilmiah [ Scientific theories and law]
  • Teori observasi [Theory and observasion]
  • Penilaian dan demarkasi [Assessment and demarcation]
  • Kesatuan ilmu [The unity of Science]
FILSAFAT ILMU

  • Apakah ilmu itu?
  • Metode ilmu
  • Sikaplmiah
  • Klasifikasi ilmu pengetahuan
  • Masalah bebas nilai dan ilmu
  • Pertanggungjawaban ilmu dan etika
KONSEP ILMU:

  • Konsep ilmu dalam filsafat ilmu dewasa ini
  • Konstruksi ilmu
  • Jenis-jenis ilmu
  • Kedudukan ilmu hukum.
Data Buku
JUDUL : Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu
PENULIS : B.Arief Sidharta [Editor]
PENERBIT: Pustaka Sutra.
ISBN-13: 978-979-16086-4-0
CETAKAN: I- April 2008
TEBAL: 114 hlm.

SADAPAN RINGKAS:
[halaman 80]

Bebera ciri pokok yang terdapat dari pengertian ilmu yakni:
  1. Ilmu itu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika
  2. Ilmu itu bersifat empirikal, artinya kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dapat ditundukkan pada pemeriksaan atau verivikasi pencaindera manusia. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan, bahwa ilmu harus menerima prasuposisi-prasuposisi atau kebenaran-kebenaran tertentu, sebagai titik tolak atau dasar, yang dapat atau tidak perlu diverifikasikan oleh pancaindera manusia. Prasuposisi-prasuposisi ini diperoleh dari filsafat, misalnya kaidah-kaidah hukum logika dan hukum kausalitas
  3. Ilmu bersifat sistematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan tertentu [metodikal] yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan, dan hasilnya berupa fakta-fakta yang relevan dalam bidang yang ditelaahnya harus disusun dalam suatu kebulatan yang konsisten
  4. Ilmu bersifat umum dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari oleh tiap orang; jadi tidak bersifat esoterik [terbatas hanya bagi sekolompok orang tertentu]
  5. Ilmu bersifat akumulatif, yakni kebenaran diperoleh selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran baru.

Tiga perangkat Kriteria:
[Halaman 105]

Menurut Harold Berman, keberadaan ilmu harus memenuhi tiga perangkat kreteria, antara lain yakni:

  1. Kriteria Metodologikal
  2. Kriteria Nilai
  3. Kriteria Sosiologikal
Kriteria Metodologika:
Dalam peritilah metodologi, ilmu dalam arti modern dapat didefiniskan sebagai berikut:
  • seperangkat pengethuan yang terintegrasi
  • yang di dalamnya kejadian-kejadian atau gejala khusu secara sistematis dijelaskan
  • dalam peristilahan asas-asas dan kebenaran umum
  • pengetahuan tentang gejala, asas dan kebenaran umum [hukum] itu diproleh sebagai kombinasi:
  • Hipotesis-verifiksi
  • sejauh dimunkinkan : eksperimen
  • metode ilmiah penelitian dan sistematisasi, emskipun memiliki ciri-ciri umum yang sama, anmun tidak sama untuk semua ilmu, melainkan harus disesuaikan pada jenis-jenis khas kejadian atau gejala yang menjadi pokok telaah ilmu yang bersangkutan
KRITERIA NILAI:
Ilmu dalam kegaitannya harus mengacu primis-primis nilai :

  • obyektivitas ilmiah
  • bebas pamrih [disinterestedness]
  • skeptisisme terorganisasi
  • toleransi terhadap kekeliruan
  • keterbukaan terhadap kebenaran ilmiah baru
KRITERIA SOSIOLOGIKAL:
  • Pembentukan komunitas ilmuwan, dalam rangka tanggung jawab kolektif berkenaan dengan pelaksanaan penelitian, pelatihan/pendidikan anggota baru, berbagi pengetahuan ilmiah [publikasi], dan otensitas pencapaian ilmiah di dalam dan di luar disiplin
  • Penautan berbagai disiplin ilmiah dalam komuniats penstudi
  • Status sosial yang menyandang hak istimewa komuniats para ilmuawan, misalnya kebebasab pengajaran dan penelitian, dan tanggung njawab memberikan pelayanan demi ilmu itu sendiri, metodenya, nilai-nilai dan fungsi sosialnya


[disadap hanya sebagian]

Tuesday, November 11, 2008

PINTU MASUK DUNIA FILSAFAT: Dr. HARRY HAMERSA


Mempelajari filsafat orang mengatakan susah, mendengar kata filsafat gudah gelisah, kini tentunya berbeda. Banyak kunci masuk filsafat dengan mudah. Studi filsafat seakan berangkat wisata ke sebuah pantai indah yang belum terjamah, orang boleh memberikan makna apa saja. Tidak ada batas yang hitam dan putih, yang ada hanya tajamnya sebuah refleksi. Memang filsafat sering dimitoskan sebagai materi kuliah yang sangat sulit, dan setiap orang harus memiliki talenta belajar yang khusus. Itu semua tidak selalu benar. Siapa saja tanpa mengenal perbedaan, apakah bertalenta, atau bukan, mempelajarai filsafat itu mudah. Karl popper pernah memotivasi kita melalui kata-kata. Semua orang adalah filsuf, termasuk kita semua.
Data Buku
JUDUL: Pintu Masuk Dunia Filsafat
PENULIS: Dr. Harry Hamersma
PENERBIT: KANISIUS. Jl. Cempaka 9 Deresan, Yogyakarta 55281 Kotak Pos 1125/YK. Yogyakarta 55281. Website: www.kanisiusmedia.com. E-mail: office@kanisiusmedia.com
ISBN: 978-979-413-188-6
CETAKAN: Edisi pertama terbit tahun 1981 [hingga cetakan ke - 23]
Edisi kedua tahun 2008
TEBAL : 80 halaman

Sampul belakang buku bertutur. Jika Anda ingin mencicipi dan berkenalan sejenak dengan ilmu pengetahuan yang disebut filsafat, yang kon adalah "ibu segala ilmu", buku ini adalah pintu masuk yang tepat. Dengan cara bertutur yang padat dan enak dibaca. Harry Hamersma akan menutun Anda dalam sebuah wista singkat intelektual yang penuh daya pikat.
Yang dibahas buku ini antara lain:
  • Filsafat dan ilmu pengetahuan
  • Ikhtisar sejara filsafat
  • Cabang-cabang filsafat
  • Mengapa belajar filsafat
  • Tugas filsafat menurut filsuf-filsuf
  • Petunjuk-petunjuk studi filsafat
Buku ini membedakan antara filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai berikut
FILSAFAT:
Filsafat adalah pengethuan metodis , sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan

ILMU PENGETAHUAN:
Ilmu pengetahuan adalah pengethuan metodis, sistematis, dan koheren [bertalian] tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan

MENGAPA ORANG BERFILSAFAT
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat: keharanan, kesangsian dan kesadaran keterbatasan.

Keheranan:
Banyak filsuf menunjuk rasa heran [Yunani : thaumasia] sebagai asal filsafat. Plato, misalnya, mengatakan: "MAta kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat."Pada kuburan Immanuel Kant [1725-1824] tertulis "coelum stellum suora me, lex moralis intra me". Kedua gejala yang paling mengherankan, menurut Kant, adalah "langit berbintang di atasnya" dan "hukum moral dalam hatinya"

Kesangsian:
Filsuf-filsuf lain seperti Augustinus [354-430] dan Descartes [1596-1650], menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh pancainderanya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat di temukan kepastian, karena dunia ini penuh macam-macam pendapat, keyakinan dan intepretasi? Sikap ini, sikap skeptis[Yunani: penyelidikan], sangat berguna untuk menemukan suatu titik pangkal yang tidak da pat diragukan lagi. Titik pangkal ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk semua pengetahuan lebih lanjut.

Kesadaran akan keterbatasan:
Filsuf-filsuf lainnya lagi mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat ketika ia menyadari betapa kecil dan lemah dirinya bila dibandingkan dengan alam semesta sekelilingnya. Semakin manusia terpukau oleh keterhinggaan sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Dengan keterbatasan itu manusia terdorong untuk berupaya mengatasi segenap kegagalan, kelemahan atau problema lainnya.

Cabang Filsafat:
Cabang-cabang filsafat menurut buku ini terbagi atas empat kelompok yakni:
  1. Filsafat tentang pengetahuan yang terdiri dari[ epistemologi, logika, dan kritik ilmu-ilmu]
  2. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, yang terdiri dari metafisika umum [ ontologi] dan metafisika khusu [teologi metafisik, antropologi, kosmologi]
  3. Filsafat tentang tindakan, yang terdiri dari etika dan etestika;
  4. Sejarah filsatat
Buku ini juga membentangkan ikhtisar sejarah filsafat, juga meneropong bagaimana implementasi filsafat dalam praktik.

Sunday, November 2, 2008

HAKIKAT TEKNOLOGI

Dalam mengkaji Filsafat Ilmu, dapat dipastikan akan terhubung dengan teknologi, maknanya ketika seorang-orang melakukan perenungan lebih mendalam, maka akan menemukan bahwa teknologi adalah anak kandung dari filsafat ilmu.
Gudang ini merasa perlu mengangkat hakikat teknologi, karena masih banyak ditemui pemahaman yang masih karut marut. Gudang telah mempersiapkan SARING-Sadapan Ringkas,. Terkait dengan hakikat teknologi, namun untuk kali ini, tidak diambil dari buku filsafat. Materi dari buku ”Etika dan Teknologi”. Urgensi pengambilanitu, karena keinginan mendekatkan teknologi dengan value-valuenya. Tetapi jika dicermati lebih mendalam maka buku ini dapat juga diketegorikan sebagai buku filsafat ilmu, karena dalam kaidah filsafat ilmu itu, pilar ketiganya adalah pencermatan terhadap nilai-nilai [value]—”Axiologi”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika etika difungsikan untuk meneropong sebuah teknologi, mulai dari aplikasi dan dampak yang ditimbulkannya, maka kita telah masuk kubangan filsafat ilmu. Di sinilah teknologi sebagai anak kandung disentuhkan dengan ibunya, yakni filsafat ilmu.
[catatan : pada bulan Oktober yang lalu seorang kawan menginginkan pembahasan terkait dengan ranah teknologi, mudah-mudahan bahasan ini cukup mengobati]
Data Buku:
JUDUL : Etika dan Teknologi
PENULIS: Ir. Herus Santosa, M.Hum
PENERBIT : Tiara Wacana. Jalan Kaliurang Km. 78, Banteng , Sleman Yogyakarta. Telp./Fax. 880683. http://www.tiarawacana.co.id/
E-mail: yogya@tiarawacana.co.id
ISBN: 979-1262-04-7
TEBAL : xviii+189 halaman

SARING—SADAPAN RINGKAS
Hakikat Teknologi:
Teknologi bukanlah sekedar produk ilmu pengetahuan beserta temuan-temuannya yang berupa mesin, pesawat, reaktor, ataupun fasilitas fisik lainnya yang serba canggih, melainkan juga termasuk sistem organisasi, struktur sosial beserta kekuasaan yang terlintas padanya.
Menurut Kunto Wibisono:
Merupakan hasil penerapan secara sistematik ilmu pengetahuan, sebagai suatu himpunan rasionalistik empirik dari berbagai komponen pendukungnya, dengan maksud hendak mengusai atau mengendalikan gejala-gejala yang dihadapinya melalui proses produktif secara ekonomis.”

Karakter Teknologi:
Ada beberapa karakter teknologi :
Pertama: teknologi pada hakikatnya adalah ”tangan” untuk melaksanakan kekuasaan yang dimiliki ilmu, hal ini harus disadari oleh manusia. Teknologi dihasilkan dari penerapan ilmu yang sudah mengalami penelitian dan pengembangan lebih lanjut hingga manfaatnya menjadi jelas bagi kehidupan manusia/.

Kedua: teknologi bersifat dialektik, artinya teknologi dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia, akan tetapi pemecahan masalah tersebut menimbulkan permasalahan yang baru , dan permasalah yang baru ini harus dipecahkan dengan teknologi yang baru pula.

Ketiga, teknologi memerlukan energi yang sangat besar. Pada umumnya, di negara-negara industri maju, konsumsi energi perkapita sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara yang laju konsumsinya rendah. Sehingga tampak adanya korelasi antara pendapatan nasional bruto [GNP] dengan konsumsi energi

FILSAFAT TEKNOLOGI?
Filsafat teknologi adalah salah satu cabang filsafat khusus yang melakukan analisis filsafat tentang teknologi dan berbagai unsur serta seginya.
Menurut salah seorag tokoh pelopor filsafat teknologi Carl Mitcham [1980:305], persoalan-persoalan filsafat tentang teknologi ada dua jenis, sebagai berikut:

Jenis Pertama:
”menyangkut soal-soal teoritis tentang sifat dasar teknologi, hubungannya dengan ilmu, struktur tindakan teknologi, intisari mesin, dan perbedaan mesin dengan manusia

Jenis Kedua:
”bersifat praktis, menyangkut persolan-persoalan etis mengenai keterasingan dalam masyarakat industri, senjata nuklir, pencemaran dam parktik keinsinyuran yang profesional
Filsafat teknologi Menurut Mario Bunge
Filsafat teknologi dapat dipandang sebagai gabungan dari lima cabang filsafat yang masih merupakan kuncup bunga yang hampir mekr,--Mario Bunge [1979:72] menjelaskan:
  1. technoepistemology
  2. technometaphysic
  3. technoaxiology
  4. technoethics
  5. technopraaxiology

Technoepistemology:
Adalah telaah filsafat tentang pengetahuan teknis. Persoalan yang dibebaskan, antara lain adalah membedakan pengetahuan teknologi dan pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah, atau metode teknologi yang sejajar dengan metode ilmiah serta aturan-aturannya

Technometaphysic:

Adalah telaah filsafat tentang sifat dasar sistem-sistem buatan dari mesin-mesin sederhana sampai sistem-sistem barnag manusiawiyang rumit. Persoalan yang dibahasnya antara lain adalah prasyarat-prasyarat ontologis dari teknologi atau kekhasan dari semua barang teknologi yang membedakannya dari benda-benda alamiah

Technoaxiologi:
Adalah telaah filsafat tentang penilaian yang dilakukan oleh para ahli teknologi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan teknologi mereka. Persoalan yang dibahasnya, antara lain adalah, nilai-nilai yang dipegang oleh para ahli teknologi kognitif, moral, ekonomi, sosial atau politis dan petunjuk-petunjuk niali nilai teknologi yang paling dapat dipercaya; Perbandingan kemanfaatan atau biaya, pemasaran kebutuhan sosial atau lainnya

Tecnoethics

Adalah cabang etika yang menyelidiki pokok-pokok pertikaian moral yang dihadapi oleh para ahli teknologi dan masyarakat umum dalam hubungannya dengan dampak sosial dari proyek-proyek teknologi yang berskala besar

Technopraxiologi

Adalah telaah filsafat tentang tindakan manusia yang dibimbing oleh teknologi. Persoalan yang dibahasnya, antara lain mengenai konsep tindakan rasional yang dapat diwujudkan secara pasti ata bagaimana seorang dapat ,erumuskan dalam istilah istilah umum, derajat efisiensi dari suatu sasaran terhadap suatu tujuan.

Wednesday, October 22, 2008

PERSOALAN EKSISTENSI DAN HAKIKAT ILMU


Suparlan Suhartono, Ph.D, adalah nama seorang-orang yang selalu akrab ditelinga siapa dsaja yang gandrung dengan filsafat ilmu.
Tulisannya telah berjimbun, dan diterbitkan oleh bebera penerbit. Gudang ini, beberapa bulan yang lalu juga telah menghadirkan tulisan Suprlan Suharto, Ph.D, Buku yang membentangkan Hakikat Ilmu, lewat buku Filsafat Ilmu Pengetahuan terbitan: Ar. Ruzz Jl. Anggrek No.97 A Sambilegi Lor RT 04. RW.57 Mangunharjo, Depok Sleman, Yogyakarta Telp. [0274] 7482086. HP. 081.642.72234. E-mail: arruzzwacana@yahoo.com
Kini Gudang kembali mengundang kehadiran buku-buku karyanya., utamanya yang bersinggungan dengan filsafat ilmu.
Data Buku
JUDUL: Filsafat Ilmu Pengetahuan [Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan]
PENULIS: uparlan Suhartono, Ph.D
PENERBIT: Ar-Ruzz Madia. Modinan Sambilegi 194 Manguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Telp. [0274] 4332223. E-mail: marketingarruzz@yahoo.co.id
ISBN: 979-25-4484-4
CETAKAN: I Juni 2008 [Cetakan lama telah diposting di gudang ini]
TEBAL: 180 hlm, 13,5 x 19 cm
SARING[Sadapan Ringkas]
Obyek Ilmu Pengetahuan:
Obyek studi Ilmu Pengetahuan selalu berada di dalam sepuluh kategori. Kesemuanya itu dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu subtansi atau diri, aksidensia mutlak berupa kuantitas dan klualitas, aksidensia relative berupa hubungan [relation], tindakan [action], derita [passion], ruang [space], waktu [time], keadaan [situation], dan kebiasaan [habit].

Kehadiran Filsafat Ilmu Pengetahuan di tengah-tengah pluralitas ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut suatu pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi secara interdisipliner atau multidisipliner, dan diamalkan secara etis dan tidak bebas nilai. Upaya pengembangan dan pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian itu terarah kepada dua sasaran pokok, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan sumber daya alamnya.
Melihat "yang ada':
Buku ini membentangkan tentang yang ada sebagai berikut.
Dengan mengambil pemikiran bapak metafisika yang menyatakan bahwa setiap “yang ada” berada dalam suatu cara disebut 10 [sepuluh] kategori. Adapun kesepuluh kategori itu dapat dijelaskan kembali secara beba sebaga berikut:

  1. Setiap hal pasti berada di dalam “substance” au dirinya sendiri. Artinya, setiap hal pasti berada sebagai dirinya sendiri, bukan yang lain. Seorang pasti berada sebagai manusia, bukan mahklukm lain.
  2. Setiap hal pasti berada di dalam “quality” atau sifatnya sendiri. Keberadaan seorang sebagai manusia ditentukan oleh sifat khas kejiwaan cipta, rasa dan karsa kemanusiannya.
  3. Setiap hal pasti berada di dalam “quantity” atau bentuknya sendiri. Keberadaan seseorang sebagai manusia ditentukan oleh bentuk keragaman khas manusia.
  4. Setiap hal pasti berada di dalam “relation” atau hubungan dengan hal lain. Artinya, setiap hal tidak bisa berada dengan sendirinya. Keberadaannya serba terhubungkan dengan yang lain secara fungsional. Keberadaan manusia selalu ditentukan sepenuhnya oleh hubungan dengan sesama manusia dan alam
  5. Setiap hal pasti berada di dalam “action” atau tindakan tertentu. Artinya, terhadap yang lain sesuatu hal memerankan diri dalam predikat tertentu. “air” sebagai sumber kehidupan. “manusia” memerankan diri sebagai pemelihara kelangsungan hidupnya.
  6. Setiap hal pasti berada di dalam suatu “passion” atau derita tertentu atas tindakannya. Karena sebagai sumber kehidupan, air menajdi 0byek kehidupan. Atas perannya sebagai pemelihara kelangsungan kehidupan, maka manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan
  7. Setiap hal pasti berada di dalam suatu “space” atau ruang tertentu. Dalam hubungannya dengan yang lain menurut peran masing-masing, pasti berjalan di dalam tempat tertentu. Menurut tempatnya, air bisa menjadi air sumur, air sungai, air selokan, dan sebagainya
  8. Setiap hal pasti berada di dalam suatu “tempo” atau waktu tertentu. Dengan keberadaannya di dalam ruang tertentu, maka sesuatu pasti juga berlangsung dalam waktu tertentu. Dalam waktu lain, air sumur menjadi air minum, dan sebagainya
  9. Setiap hal pasti berada di dalam “situs” atau keadaan tertentu, Kelangsungan keberadaan dalam tempat dan waktu tertentu itu berarti sesuatu hal berada dalam keadaan tertentu. Air bisa berarti sesuatu hal berada dalam keadaan tertentu. Air bisa dalam keadaan bersih pada sumbernya, lalu mendi kotor di muara sungai
  10. Setiap hal poasti berada di dalam “habitus” atau kebiasaan tertentu. Artinya, setiap jenis sesuatu selalu berada dalam habiutatnya sendiri-sendiri. Habitat air adalah tatanan lingkunagn yang seimbang, habitat “ikan” ada;ah air, habitat manusia adalah kreativitas untuk menyesuaikan diri, begitu seterusnya.

[ Catatan khusus, untuk pemanfaatan bagi pemikiran epistemic sebagai landasan studi filsafat pengetahuan]
Pertama: Pentingnya pengetahuan, Yaitu mengetahui secara benar tentang batas-batas pengetahuan, agar tidak melakukan penyelidikan dan pemikiran-pemikiran mengenai sesuatu hal yang pada akhirnya menjadi sia-sia karena tidak akan bisa diketahui. Tetapi, apakah pengehatuan hanya terbatas pada kemampuan pengalaman indra dan pemikiran saja?
Kedua, makna pengetahuan. Jika dikatakan bahwa seorang mempunyai pengetahuan, berarti ia mempunyai kepastian tentang sesuatu hal, dan bahwa apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-sungguh merupakan halnya sendiri. Tetapi, kenyataan membuktikan bahwa hamper tidak ada yang dapat dipastikan dalam kehidupan ini.
Ketiga, metode memperoleh pengetahuan, menentukan sifat kebenaran pengetahuan, yang terdiri Dari:

  1. Pengathaun empiric [empirism]. Mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman indrawi. Sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala hal yang dialami
  2. Metode Rasional [rationalism]. Pengetahuan bersumber dari akal pikiran. Pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal pikiran. Kebenaran bukan pada diri sesuatu, malainkan pada idea.
  3. Metode fenomenologik [Fenomenologism I.Kant). Bahwa apa yang dapat diketahui tentang sesuatu hal itu hanyalah gejala-gejala saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada pada hubungan yang niscaya [pasti] antara sebab akibat.
  4. Metdode ilmiah, Memperoleh pengetahuan yang benar dan obyektif melalui cara ini, seperti ,melakukan pendekatan [approach] untuk menentukan lingkupan studi [scope] yang sering disebut obyek forma, untuk menetukan metode [method] yang cocok, apakah analisis ataukah sintesis, dan menetukan system kerja yang tepat, apakah terbuka ataukah tertutup, semuanya menjadi penting.

Wednesday, October 8, 2008

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN : Mikhael Dua

Buku ini dahsyatnya menyamai Buku "Ilmu Dalam Perspektif" Karya Yuyun Suriasumantri", bahasanya mudah dicerna, mengalir sehingga tak perlu menguras pikir. Lahirnya buku ini sebagian atas perunungan penulis, bahwa saat ini kurikulum pembelajaran di tanah air acapkali ditebas libas oleh kepentingan pasar. Ilmu seakan tereduksi untuk kepentingan yang pragmatis. Hadirnya filsaf ilmu tentunya ingin membuat barrier terhadap kepentingan-kepentingan semu, menuju kepentingan yang realistis berpandangan ke depan. Tangan dingin penulis, Mikhael Dua ingin berkontribusi atas masalah-masalah tersebut, bahkan telah diawali dengan menulis sebuah buku dengan judul Ilmu Pengetahuan,Sebuah Tinjauan Filosofis, yang ditulis bersama Sonny Keraf.
Intinya menyentuh persoalan plus minusnya padangan para filsuf, seperti Karl Raimund Popper, Carl Gustav Hempel, bahkan paradigma Ilmu Pengetahuan buah kreativitas Thomas S. Kuhn dibahas tuntas.
Data Buku :
JUDUL : Filsafat Ilmu Pengetahuan-Telaah analitis, Dinamis, dan Dialetis
PENULIS: Mikhael Dua
PENERBIT: Ledalero--Seminari Tinggi LedaleroMaumere 86152. Tel. [0382]--22898. E-mail: penerbitledalero@yahoo.com. website: http://www.penerbitledalero.org/
ISBN: 979-9447-26-7
CETAKAN: I--2007.
TEBAL: xvi + 248 hlm, 140 x 210 mm

Saturday, September 13, 2008

EPISTEMOLOGI DALAM FILSAFAT


ILMU DAN KEINGINAN TAHU
Salah satu bagian filsafat yang membahas pengetahuan iala epistemology. Epistemologi itu membicarakan pengartuhan dari pangkal sampai ujung. Melalui epistemology akan menyadarkan kita tentang berbagai hal yang menyangkut masalah sendi pengetahuan, wilayah bahasan, proses, bobot, sehingga memperoleh pengetahua yang sejati. Untuk maksu tersebut”Gudang Filsafat” akan menyadap buku yang membahasa Epistemologi dalam filsafat, berkisar pada Ilmu dan Keinginan Tahu.
Data Buku:
JUDUL: Ilmu dan Keinginan Tahu—[Epistemologi dalam Filsafat]
PENULIS: Drs. Mudlor Achmad
PENERBIT: Trigenda Karya. Koipo Plaza B-19. Jl.Peta—Lingkar Selatan Bandung –40265
ISBN: 979-8422-38-4
CETAKAN: I—1994
TEBAL: 109 hlm: 2,8 cm
Sandapan Ringkas:

Sasaran Pengetahuan:

  1. Alam—yang dikaji kosmologi
  2. Manusia—yang dibahas antropologi
  3. Tuhan—yang dibicarakan theodicea

Jenis sasaran pengetahuan, dilihat dari arah Obyek [yang dimati]:

  1. Objek material, ialah sesuatu yang diamati secara menyeluruh [integral].
  2. Objek forma, ialah bagian tertentu yang diamati dari sesuatu [parsial]

Jenis sasaran pengetahuan, dilihat dari subyek (yang mengamati) :

  1. Objek empiris [obyek rasa], yaitu sasaran yang pada dasrnya ada dan dapat ditangkap oleh indera lahir [pancaindra]
  2. Objek ideal [objek bukan rasa], yaitu sasaran yang pada dasarnya tiada dan menjadi ada berkat kegiatan sukma atau akal
  3. Objek transenden [objek luar rasa], yaitu sasaran yang pada dasarnya ada, tetapi berada di luar jangkauan pikiran dan perasaan manusia

Sasaran secra global—(dua lingkup sasaran):

  1. alam, dobicarakan dalam kosmologi –[filsafat alam]
  2. manusia, dibahas dalam antropologi—[filsafat manusia]


Sepuluh lingkup sasaran secara detil:

  1. Hakikat [essence] ialah hal yang menjadikan sesuatu sebagai sesuatu hal tertantu [sebagai demikian]. Esensi adalah istilah yang berhubungan dengan hal yang pokok, tapi khusus
  2. Zat [substance], ialah sesuatu yang mengandung kualitas serta sifat kebetulan dan mendasari atau dipunyai sesuatu [barang jadi]
  3. Ada [being] ialah pengertian yang mencakup segala sesuatu, baik yang alami [pengalami] maupun yang akali [pikiran]
  4. Kenyataan [reality] ialah sesuatu yang ditangkap dalam tangkapan yang dapat dipercaya, yaitu tangkapan yang tidak mengandung kesalahan
  5. Keberadaan [existence] ialah keadaan tertentu yang lebih khsus dari sesuatu. Apa yang bereksistensi, tentu nyata ada, bukan sebaliknya, dan bersifat public [artinya objek itu sendiri harus ata dapat dialami olehbanyak orang yang melakukan pengamatan]
  6. Bahan [mater] ialah sesuatuyang menjadio sala barang sesuatu [barang jadi] dibuat. Materi menunjuk nama jenis substansi yang khusus dan mendasar dari alam fisik, yaitu lingkungan yang menimbulkan pengalaman indrawi
  7. Bentuk [form] ialah susunan [struktur] yang membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain. Yang dimaksud bukan bangunnya.
  8. Perubahan [change] ialah apa yang terjadi pada saat sesuatu hal menjadi hal yang lain. Dengan kata lain, perubahan adalah peralihan sesuatu dari keadaan tertentu menjadi keadaan yang berbeda dengan keadaannya semula.
  9. Sebab [casuality] ialah sesuatu yang mendorong atau amenceghah sesuatu perubahan. Sebab—akibat merupakan keadaan berhubungan. Jadi, kasualitas serentak berkaitan dengan perhubungan dan perubahan sekaligus
  10. Hubungan [relation] ialah sesuatu kaitan atau ikatan [koneksi] antara dua hal atau beberapa hal. Relasi terdapat pada berbagai hal, berdasarkan ruang, waktu, kualitas, kuantitas, asal-usul, dll.

Wednesday, September 10, 2008

FILSAFAT ILMU DITAMPILKAN SETENGAH KOMIK

Mendengar kata filsafat ilmu identik dengan sebuah sajian yang perlu kegiatan mengkerutkan dahi, ditambih harus berpusing-pusing. Sudah menjadi perbincangan umum bahwa mempelajari filsafat itu harus ekstra cermat dan masih ditambah lagi kemampuan memeras otak. Kadang juga dimitoskan bahwa tidak setiap orang memilki kemampuan untuk mencerna pembelajaran filsafat, dan hanya harus khusus yang memilki kepandaian tertentu. Itu semua tidak benar. Dan mitos itu harus ditanggalkan.
Seorang-orang dokter bernama Djohanjah Marzoeki ingin menghapus stigma negative, jika mempelajari filsafat itu tidak sulit. Kini pak dokter bersolusi, membuat buku filsafat ilmu dibuat mudah, dengan punuh visualisasi, sehingga lahir buku “setengah komik”
Siapa saja yang ingin mudah, silakan membaca.
Data buku
JUDUL: Budaya Ilmiah dan Filsafat Ilmu
PENULIS: Djohanjah Marzoeki
PENERBIT: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jl. Palmerah Selatan 22-28, Jakarta 10270
ISBN: 979-669-808-0
CETAKAN : I—2000
[buku ini di editori oleh—R.Masri Sareb Putra, seorang-orang yang piawai dalam bidang penerbitan]

Tuesday, September 9, 2008

THOMAS KHUN: THE STRUCTUR OF SCIENTIFIC REVOLUTION


SADAPAN BUKU THOMAS KUHN :

JUDUL: Thomas Kuhn dan Perang Ilmu
PENULIS: Zianuddin Sardar
PENERBIT: Jendela. Jl. Gejayan Gg. Buntu II No. 5A . Mrican Yoguakarta 55281 Telp. 0274-518886. E-mail: jendela_press@kompascyber.com
ISBN: 979-95978-99-3
CETAKAN: I—Oktober 2002
Tebal : vii + 80; 11 x 175 cm
[Judul Asli Thomas Kuhn and the Science Wars. UK: Icon Books dan USA: Totem Books, 2000—penerjemah : Sigit Djatmiko]
-------:

Munculnya sebuah buku “Structure of Scientific Revolutions” pada tahun 1962, yang dikreasi oleh seorang-orang yang dilahirkan di Cincinnati, Ohaio. Dia adalah Thomas Kuhn. Pada tahun 1922 Kuhn belajar Fisika di Havard University, kemudian melanjutkan studinya di pascasarjana, dan memutuskan pindah ke bidang sejarah ilmu.
“Structure of Scientific Revolutions”, banyak mengubah persepsi orang terhadap apa yang dinamakan ilmu. Jika sebagian orang mengatakan bahwa pergerakan ilmu itu bersifat linier-akumulatif, maka tidak demikian halnya dalam penglihatan Kuhn.
Menurut kuhn, ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal dan kemudian “membusuk” karena telah digantikan oleh ilmu atau paradigma baru. Demikian selanjutnya. Paradigma baru mengancam paradigma lama yang sebelumnya juga menjadi paradigma baru.
Perspektif Kuhn:
Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarawan profesonal tertentu. Ia mengekplorasi tema-tema yang lebih besar, misalnya seperti apakah sesungguhnya ilmu itu di dalam pratiknya yang nyata, dengan analisis konkret dan empiris. Di dalam Structure ia menyatakan bahwa ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka-teki yang bekerja di dalam pandangan dunia yang sudah mapan. Kuhn memakai istilah “paradigma” untuk menggambarkan system keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu.
Menurut Kuhn, ilmu berkembang melalui siklus-siklus; ilmu normal diikuti oleh revolusi yang diikuti lagi oleh ilmu normal dan kemudian diikuti lagi oleh revolusi.

Saturday, September 6, 2008

SADAPAN SINGKAT TENTANG EPISTEMOLOGI DASAR


SADAPAN SINGKAT TENTANG EPISTEMOLOGI DASAR
[Pengantar Dilsafat Ilmu Pengetahuan ]
Data Buku
JUDUL: Epistemologi dasar [Pengantar Filsafat Pengetahuan]
PENULIS: J.Sudarminta
PENERBIT : Kanisius. Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281. Kotak Pos 1125/Yk Telp. [0274] 588783, 565996. Website: http://www.kanisiusmedia.com/. E-mail : office@kanisiusmedia.com
CETAKAN : I—2002
ISBN: 979-21-0181-0
TEBAL: 196 hlm.


TERMINOLOGI:
Cabang ilmu filsafat yang secara khusus menggeluti pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang pengetahuan disebut Epistemologi. Istilah “epistemologis” sendiri berasal dari kata Yunani episteme=pengetahuan dan logis=perkataan, pikiran, ilmu. Kata”episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya mendudukan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah episteme bearti pengetahuan sebaya upaya intelektual untuk “menempatkan sesuatu dalam kedudukan seteptnya.” Selain kata “episteme”, untuk kata “pengetahuan” dalam bahasa Yunani juga dipakai kata “gnosis”, maka istilah epistemologi’ dalam sejarah pernah juga dipakai kata”gnosis”, maka istilah “epistemology” dalam sejarah pernah juga disebut “gnoseologi”. Sebagai kajian kritis filosofis yang membuat telaah kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan, epistemology kadang juga disebut teori pengetahuan [theory of knowledge; erkentnistheorie]

MAKSUD KAJIAN
Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarnnya?Manakah ruang lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk mengetahui ?
Epistemologi juga bermaksud mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan itu. Epistemologi juga mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan obyektivitasnya.
Dari maksud itu, maka Epistemologi dapat dinyatakan suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normative, dan kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai. Epsitemologi menilai apakah keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengatahuan dapat dibenarkan, diajamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar.

RASIONAL MENGAPA MEMPELAJARI EPISTEMOLOGI
Sekurang-kurangnya ada tiga alas an yang dapat dikemukakan mengapa epistemology perlu dipelajari.
  1. Alasan pertama: berangkat dari pertimbangan strategis
  2. Alasan kedua; dari pertimbangan kebudayaan
  3. Alasan ketiga: berangkatdari pertimbangan pendidikan.

Pertimbangan Strategis: Pengetahuan adalah kekuasaan [Knoledge is power. Pengetahuan mempunyai daya kekuatan untuk mengubah keadaan. “Apabila pengetahuan adalah suatu kekuatan yang telah dan akan terus membentuk kebudayaan, menggerakan dan mengubah dunia, sudah semestinyalah apabila kita berusaha memahami apa itu pengethauan, apa sifat dan hakikatnya , apa daya dan ketebatasnnya, apa kemungkinan permasalahannya.
Pertimbangan Kebudayaan: Mempelajari epistemology diperlukan pertama-tama untuk mengungkap pandangan epistemologis yang sesungguhnya ada dan terkandung dalam setiap kebudayaan. Setiap kebudayaan, entah secara implicit ataupun ekplisit, entah hanya lisan atau tulisan , entah secara sistematis ataupun tidak, selalu memuat pandangan tentang pengetahuan.

Pertimbangan pendidikan: berdasarkan pertimbangan pendidikan epistemology perlu dipelajarai karena manfaatnya untuk bidang pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk membantu peserta didik mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup, tidak dapat lepas dari penguasaan pengetahuan. Proses Belajar Mengajar dalam konteks pendidikan selalau memuat unsure penyampaian pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai.

Sunday, June 15, 2008

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU

CUPLIK BUKU:
[buku ini memiliki kekuatan ketika menjelaskan perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu]
Detil Buku:
JUDUL : Filsafat Ilmu
PENULIS : Dr. Amsal Baktiar, MA
PENERBIT: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Jl. Pelepah hijau IV TN. I No. 14-15 Kelapa Gading Permai. Jakarta 14240. Telp. 4520051. E-mail: rajapers@indo.net.id
http://www.rajawalipers.com/
ISBN: 979-421-993-2
CETAKAN: Maret 2004
HALAMAN: 240 hlm; 12 cm



CIRI UTAMA ILMU:

  • Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
  • Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
  • Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
  • Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.

DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI

  • Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
  • Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
  • Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
  • Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
  • Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
    Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
    -------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
    -------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
  • Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.


PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU

PERSAMAAN:

  • Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
  • Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
  • Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
  • Keduanya mempunyai metode dan sistem
  • Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.

PERBEDAAN:
  • Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
    Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
  • Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
  • Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
  • Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]

Friday, April 11, 2008

BONGKAR BUKU TENTANG EPISTEMOLOGI

Epistemologi selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji, karena disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya. Dari epistemologi, juga filsafat –dalam hal ini filsafat modern – terpecah berbagai aliran yang cukup banyak, seperti rasionalisme, pragmatisme, positivisme, maupun eksistensialisme
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Webster Third New International Dictionary mengartikan epistemologi sebagai "The Study of method and ground of knowledge, especially with reference to its limits and validity"
Gudang kami memiliki koleksi berbagai buku yang sengaja membahahas Epistemologi, dan akan kami bongkar buku per buku

Tuesday, April 1, 2008

FILSAFAT ILMU CITARASA ISLAMI


Citarasa Islamic nampak pada buku “Filsafat Ilmu” [dari hakikat menuju nilai], karya Drs.Cecep Sumarna, M.Ag.
Dalam buku dihadirkan pemikirdan filosof muslin. Seperti Ibnu Rusyd [1198 M] yang di Barat lebih kenal dengan Averoes, Al Farabi [950M], Ibnu Sina [1037M] yang familiar disebut Avicenna, serta Al Raji [1209M].
Menurut penulis buku ini, para filosof Muslim telah mampu menyusun kerangka epistemology ilmu dan filsafat ilmu dalam tiga bingkai yang sangat luar biasa perkembangannya.
Kelompok ini menawarkan tiga metodologi yang mendasari lahirnya epistemology ilmu pengetahuan. Tentunya memiliki perbedaan dengan epistemology Yunani, yang cenderung membatasi pengetahuan hanya pada ranah empirisme dan rasionalisme.
Para filosof muslim melihat bahwa epistemology penngetahuan terdiri dari tiga yakni:



  1. Bayani
  2. Irfani
  3. Burhani.

Bayani:
Bayani adalah sebuah model metodologi berfikir yang didasarkan atas teks kitab sufi. Teks suci menurut metodologi ini dianggap memiliki otoritas penuh untuk memberikan arah dan makna terhadap kebenaran. Rasio hanya digunakan sebagai pengawal sekaligus memberikan pengamanan otoritas teks
Irfani:
Irfani adalah model metodologi berfikir yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman langsung [direct experience] atas realitas spiritual keagamaan. Oleh karena sasaran bidiknya adalah esoteric atau bagian batin teks. Rasio dimanfaatkan untuk menjelaskan pengalaman spititual.
Burhani:
Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak didasarkan atas teks suci, maupun pengalaman. Sasaran bidiknya eksoteris, sehingga cara kerjanya atas dasar keruntutan logika. Pada tahap tertentu, keberadaan teks suci dan pengalaman spiritual dapat diterima jika sesuai dengan aturan logis. [Hlm 13]

Dalam memaparka makna filsafat ilmu citarasa hakikat nilai-nilai selalau dikedepankan, hal ini sangat bertautan dengan judul buku ini. “Filsafat Ilmu dari Hakikat menuju nilai”
Makna Filasafat Ilmu:
Dilihat dari obyek kajiannya, filsafat ilmu mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

  1. Filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam metodologi pengetahuan. Ilmu merupakan salah satu cara untuk mengerti bagaimana budi manusia bekerja. Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis dan imajinatif. Ilmu bersifat empiris, sistematis, observatif dan obyektif.
  2. Filsafat ilmu bertugas membuka pikiran manusia agar mempelajari dengan serius proses logic dan imajinatif dalam cara kerja ilmu pengetahuan
  3. Filsafat ilmu berbicara tentang metode ilmu pengetahuan, bagaimana pengembangannya dan bagaimana prinsip-prinsip penerapannya.
  4. Filsafat ilmu menjadi bagian dari epistemology [filsafat pengetahuan]. Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
  5. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafati yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu: [hlm:40]

Ditilik dari Judul Buku, penulisnya Drs. Cecep Sumarna, M.Ag ingin mengedepankan filsafat ilmu dalam ranah hakikat nilai. Oleh karenya buku ini menorehkan pentingnya ilmu dari pilar nilai dan kegunaannya, yang sering disebut dengan “Aksiologi”.
Sorotan Hakikat nilai:

Menurut buku ini Archie J. Bahm disebut sebagai salah satu figure kunci ilmuwan yang menghendaki adanya nilai dalam ilmu pengetahuan. Melalui bukunya what is Science yang ditulis pada tahun 1980, menggambarkan kegelisahan Archie J.Bahm terhadap perkembangan ilmu di dunia Barat kontemporer yang hampir sama sekali mengabaikan nilai. Dalam bukunya, ia menghendaki adanya pengakuan akan pentingnya aksiologi dan nilai-nilai bagi ilmu. [Hlm: 117]
Menurutnya, masalah yang amat kental adalah adanya dampak negative teknologi sebagi akibat ilmu dan teknologi tidak dilengkapi dengan aksiologi, etika, religiousitas dan sosiologi. Ilmu telah ditempatkan seolah sama sekali bebas nilai.
Fenomena hancurnya Kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang yang dibom sekutu [1945] dan telah meluluh lantakan dua Kota besar Jepang itu, menggugah para ilmuwan untuk merefleksikan kejadian tersebut.
Muncullah pertanyaan-pertanyaan dari hasil refleksi antara lain:
Apakah pengeboman tersebut bersifat susila?, apakah penggunaan bom yang demikian dahsyat itu dapat dibenarkan?
Kondisi lain juga dipaparkan sebagai wujud pengabaikan “aksiologi”, yakni pencemaran lingkungan di mega-mega politan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber alam.
Hasil seni juga disoroti, seperti film-film yang semakin jauh meninggal nilai-nilai susila. [Hlm: 119].
Sebenarnya perkembangan nilai-nilai dalam ilmu pengetahuan, telah lama berlangung. Zaman Yunani kuno, khususnya ketika plato menyatakan:”Sumum Bonum ‘ [kebaikan tertinggi]. Telah tergambarkan bahwa ilmu pengetahuan lahir dengan sah ketika memberikan kontribusi pada kemaslahatan manusia. Apabila ilmu telah mengantongi nilai-nilai itu, maka dapat diindikasikan telah memasuki domain kebaikan tertinggi.
Di Zaman pertengahan , Thoma Aquinas membangun pemikiran tentang pentingnya nilai tertinggi sebagai penyebab final [causa prima] dalam diri Tuhan sebagai keberadaann kehidupan, keabadian dan kebaikan tertinggi.
Immanuel Kant tokoh penting aufklarung juga memperlihatkan hubungan natara pengetahuan dengan moral, estetika dan religius. [Hlm: 121]
Wusana kata :
Jadi buku ini titik beratnya pada “aksiologi”. Buku ini menyatakan bahwa ilmu pengetahun dalam melihat keberadaan [ontology], dan capaiannya dengan metodologi [epistemology] tidaklah cukup. “Aksiologi” memberikan bintang pengarah, bahawa ilmu pngetahuan harus berada pada koridor nilai-nilai. Mulai dari manfaatnya hari ini dan hari esok. Eksplotasi sumber daya alam, yang mengabaikan nilai-nilai, adalah suatu upaya pemusnahan hakikat keberadaan manusia itu sendiri.
Ilmu pengetahaun yang melahirkan teknologi harus dibingkai dengan nilai-nilai, etika, estetika, dan religiousitas. Tanpa bingkai tersebut kehancuran dunia tidak terlalu lama menunggu waktu. Fenomena hancurnya dua kota di Jepang 1945 akibat bom atom, membangun pikiran-pikiran jernih dan menanyakan secara mendalam apakah keguanaan ilmu itu sendiri]
DETAIL BUKU:
JUDUL : Filsafat Ilmu dari Hakikat menuju nilai.
PENGARANG : Drs. Cecep Sumarna, M.Ag.
PENERBIT: Pustaka Bani Quraisy. Jl. Sukanegara No. 7. Ters. Indramayu, Antapani Bandung 40291. Phone, Fax : [022-7200538]. E-mail : pbq_bandung@yahoo.com.
Dan pbq_bdg@hotmail,com
ISBN : 979-3576-31-6
CETAKAN : 2004
JUMLAH HALAMAN: 172.


Wednesday, February 20, 2008

CUPLIKAN BUKU : FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

CUPLIKAN BUKU FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
[Buku ini ditulis oleh: Suparlan Suhartono, PhD]
JUDUL : Filsafat Ilmu Pengetahuan
PENGARANG : Suparlan Suhartono, Ph.D
PENERBIT : Ar. Ruzz Jl. Anggrek No.97 A Sambilegi Lor RT 04. RW.57 Mangunharjo, Depok Sleman, Yogyakarta Telp. [0274] 7482086. HP. 081.642.72234. E-mail: arruzzwacana@yahoo.com
CETAKAN : I Agustus 2005
ISBN : 979-9417-94-5
JUMLAH HALAMAN: 208
Apakah Maksud Filsafat Ilmu Pengetahuan itu?
Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi filsafat yang obeyk materinya berpa ilmu pengetahuan dalam berbagai jenis, betuyk dan sifatnya. Jadi meliputi pluralitas ilmu pengetahuan. Adapun obyek formanya berupa hakikat ilmu pengetahuan. Adapun jenis-jenis llmu pengetahuan menurut obyeknya dapat diklasifikasikan ke dalam ilmu pengetahuan :
Ø Ilmu pengetahuan humaniora dengan obyek materi manusia;
Ø Ilmu pengetahuan social dengan obyek materi Sosiologi
Apakah manfaat mempelajari Ilmu Pengetahuan?
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai otologis. Dengan paradigma ontologis, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme nilmu pengetahuan
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasn nialai epistemologis. Dengan paradigma epistemologis, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai etis. Dengan paradigma etis, diharapkan dapat ,mendorong pertumbuhan perilaku adil yang mampu membentuk moral tanggung jawab, sehingga pemberdayaan ilmu poengethuan, teknologi dan perindusytrian semata-mata hanya untyuk kelangsungan kehidupan yang adil dan berkebdayaan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan hanya bagi kepentingan subyek manusia saja, melainkan lebih daripada itu, demi kepentingan obyekl alam sebagai sumber kehidupan.
Sebagai konsekuensi kehadiran filsafat ilmu pengetahuan dalam peran fungsionalnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian seperti itu, mendorong Perguruan Tinggi untuk kembali ke basis akademik Tri Dharmanya.
Catatan Khusus Petingnya, Makna dan Metode.
Dari bahasan masalah pengetahuan, terdapat ha-hal mendasar yang perlu diangkat menjadi catatan khusus, yaitu:
Pertama: Pentingnya pengetahuan , yakni mengetahui secara benar tentang batas-batas pengetahuan, agar tidak melakukan penyelidikan dan pemikiran-pemikiran mengenai sesuatu hal yang pada akhirnya menjadi sia-sia karena tidak akan diketahui. Tetapi, apakah pengetahuan hanya terbatas pada kemampuan pengalaman idra dan pemikiran saja?
Kedua: Makna pengetahuan, jika dikatakan bahwa seserorang mempunyai pengetahuan, berarti ia mempunyai kepastian tentang sesuatu hal, dan bahwa apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-sungguh merupakan halnya sendiri. Tetapi, kenyataan membuktikan bahwa hampir tidak ada yang dapat dipastikan dalam kehidupan ini.
Ketiga, metode memperoleh pengetahuan, menentukan sifat kebenaran pengetahuan yang terdiri dari :
Ø Metode empirik [empirism]
Ø Metode rasional [rasionalism
Ø Metode fenomenologi [fenomenologism]
Ø Medote ilmia [menggabungkan metode empiris dan rasional] [hlm 81]
Ilmu Pengetahuan“ ataukah „ilmu“
Terminologi ilmu pengetahuan dicermati secara jeli oleh buku ini, karena pemaknaan yang yang keliru dan kadang membias, disamping sulit untuk dicerna, seringkali pula memberikan pemahaman yang tidak utuh.
Beberapa referensi yang dipandang relevan diketengahkan dalam buku ini:
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, tertulis dua istilah: „knowledge“ dan „Science“.
Knowledge diartikan:
the fact or condition of knowing something with familiarity gained through experience or association
the fact or condition of being aware of something
the fact or condition of having information or being learned
the sum of what is know the body of truth, information, and principles acquired by mankind
Sedangkan Science [latin :’scire’], diartikan:
possession of knowledge as distinguished from ignorance or misunderstanding; knowledge attain through study or practice
a department of systematized knowledge as object of study [the science of technology ]
knowledge covering general truths or he operation of general laws esp. As obtained and tested through scientific method; such knowledge concerned with the physical world and phenomena [natural Science)
a system or method based of purporting to be based on scientific priciples
Dari Webster tersebut dapat disarikan sebagai berikut:
Knowledge, menjelaskan tentang adanya sesuatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari [regulary] melalui pengalaman kesadaran, informasi. Sedangkan Science didalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai obyek studi yang
lebih bersifat fisis [natural].
Jadi, “knowledge” dapat dipahami sebagai pengetahuan yang mempunyai cakupan lebih luas dan umum, sedangkan “science” dapat dipahami sebagi ilmu yang mempunyai cakupan yang lebih sempit dan khusus dalam arti metodis, sistematis, dan ilmiah.
Jika ilmu dipilih sebagai nama dikhawatirkan bias terjebak pada sekitar pengetahuan yang fisis, dank arena itu praktis, pragmatis dan positivistis. Pagdahal realitas yang harus diketahuai adalah bukan saja yang demikian itu, melainkan juga meliputi”pengetahuan” yang non fisis, kualitatif, dan spekulatif. “Ilmu” membentuk daya intelegensia yang melahirkan adanya skill atau ketrampilan yang bias mengkonsumsi masalah-masalah atau kebutuhan keseharian. Sedangkan “pengetahuan” membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku dan perbuatan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang tercakup di dalam tujuan akhir kehidupan. Maka secara filosofis, tidaklah berlebihan jika dipilih nama” ilmu-pengetahuan”
Ilmu pengetahuan diharapkan dapat membuka pandangan dan wawasan yang luas, dalam, arti tidak terbatas hanya kepada obyek-obyek yang ada diluar diri manusia, yaitu kenyataan obyektif, atau hal-hal yang bersifat empiric dan positif saja. Melainkan dapat membentuk kesadaran dan sikap ilmiah [scientific attitude]. [hlm:86]
Cara kerja Ilmiah:
Diadopsi penulis dari tulisan Titus Dkk, dan diselaraskan dengan pokok-pokok pikiran Jujun Suriasumantri. [1987] [hlm100]
Cara kerja ilmiah ditempuh dengan memperhatikan enam langkah metode, yakni:
1. Keinsafan tentang adanya problem
2. data yang relevan dan data yang tersedia
3. penertiban data
4. hipotesis dibentuk [diformulasikan]
5. deduksi dapat ditarik dari hipotesis
6. verifikasi setelah analisis secara deduktif.
Kecenderungan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan:
Kecenderungan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan dapat juga disebuat sebagai kecenderungan etis. Ketertarikan etika sebenarnya adalah perwujuidan tanggung jawab pendukung ilmu pengetahuan jenis apapun agar tetap diarahkan pada orientasi yang sama, yaitu bagi terwujudnya ‘kebahagian hidup dan kehidupan seluruh umat manusia dan masyarakatnya di dalam ekosistem alam yang utuh”
Karakter Onotologis :[Adopsi pemikiran Lorens Bagus: 2000]
Pandangan penulis terhadap hakikat leimuan, utamanya terkait dalam karakteristik ontologis.
Beberapa karakteristik ontologis, dapat disederhanakan sebagai berikut:



  • Ontologi adalah studi tentang arti „ada“ dan „berada“, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak

  • Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunkan ketegori-kategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas, potensial, nyata atau merupakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan dan sebagainya.

  • Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu8, Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak kepada-Nya

  • Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya. [hlm:150]

Tanggung Jawab Pendidikan Tinggi.
Dalam simpulan buku ini, tertera sebuah harapan kepada Pendidikan Tinggi terkait dengan masalah Ilmu Pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan tinggi harus mendukung pembaharu hidup dan kehidupan masyarakat dalam rangka menjcapai tujuan keilmuan, sehingga harus memerankan:
lembaga yang melakukan pembinaan daya inteletual
Pembinaan daya moral kearah tanggung jawab [ tentunya tanggungjawab keilmuan]
Kemudian berdasarkan tugas dan tujuan pendidikan tinggi menurut hakikat ilmu pengetahuan, maka hal-hal berikut ini kiranya wajar untuk dipertimbangkan dan dilaksanakan sebagai jalan menuju reorientasi:


  • Mengembangkan kampus yang bebas dan otonom, dalam membangun sikap ilmiah tanpa pengaruh apapun. Inilah yang mejadikan dasar pembentukan sikap ilmiah yang mandiri

  • Dalam penyusunan model kurikulum harus tetap mengaci pada sikap keilmuan

Wednesday, January 30, 2008

APOSTERIORI& APRIORI

[TALAAH ATAS CARA KERJA ILMU-ILMU]
Pengantar
Proses pikir yang dikembangkan manusia semakin memberikan pemahaman dan pengertian, apa yang merupakan obyek pengetahuan ilmiah. Pendalaman dilakukan sebagai upaya mencapai musabab pertama [the first causes], ataupun sebab terakhir [the last causes]. Dari pengembaraan pikir inilah ditemukan dua model yang mewakili kelompok ilmu.
Pertama adalah yang mewakili kelompok ilmu yang mementingkan pengamatan dan penelitian, yang disebut empiris [“empirical’ dari kata Yunani yang maknanya “meraba-raba”], atau aposteriori kata latin.
Kedua adalah yang mewakili kelompok ilmu yang seakan-akan ingin menangkap susunan kenicayaan secara apriori, dengan mengandalkan penalaran/rasio.
TERMINOLOGI
Aposteriori berasal dari kata latin “post” yang maknanya “sesudah”, oleh karenanya segala ungkapan ilmu baru terjadi ketika seorang-orang melakukan pengamatan melalui inderanya.
CARA KERJA
Aposteriori cara kerjanya berada pada ruang lingkup ilmu-ilmu empiris yang sering disebut dengan cara “induksi”
EMPIRISME:
Empirisme merupakan aliran yang megakui bahwa pengetahuan itu pada ahkikatnya berdasarkan pengalam atau empiris melalui alat indera. Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata berdasarkan akal karena dipandang sebagai spekulasi belaka yang tidak berdasarkan realitas, sehingga berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan sejati harus dan seharusnya berdasarkan kenyataan sejati yakni realitas.
Tiga tokoh terkenal dalam kelompok yang mewakili wilayah empiris ini antara lain :
  1. John Locke
  2. George Berckeley
  3. David Hume

SEKILAS TOKOH EMPIRISME:
John Locke [1632-1704]
adalah seorang dokter yang berasal dari Inggris yang juga menjadi salah satu penasihat raja Inggris. Dalam berbicara sangat rigit dan berhati-hati, dan ungkapannya yang dikenal hingga saat “ Tidak ada sesuatu pada akal yang sebelumnya tidak ada pada indera kita”. Jadi, indera sebagai sesuatu hal yang primer, sedangkan akal sebagai hal yang sekunder yang fungsinya hanya sebagai penerima”
Dari ungkapanya menunjukkan bahwa John Lock menolak doktrin Rene Descartes “Doktrine of innate ideas”
Karya:
Essay Concerning Human Understanding. Esai yang berkenaan dengan pemahaman manusia [1690]

George Berckeley [1685-1753]
Adalah seorang pendeta, dilahirkan di Irlandia di wilayah Kilkeni. Kakek moyangnya berasal dari Inggris Protestan. Pada tahun 1707 diangkat menjadi wakil uskup Derry, kemudian setelah sepuluh tahun menjadi uskup Coloin, kemudian meninggal pada tahun 1753. Pikirannya lebih radical dibanding dengan John Locke, ucapannya sangat tegas à Esse est percipi”à ada karena diamati”
Karya:
A Treatise Concerning the participle of Human Knowledge.
Risalah mengenai Prinsip-prinsip Pengetahuan manusia [1790]

David Hume [1711-1776]
Hume mengatakan sesuai dengan ucapan Berckeley yakni “Esse est percipi”, mata saya menatap pada apa yang saya amati, kalimat inilah yang menunjukkan bahwa David saya terguh pendirianya, bahwa indera yang menuntun manusia menemukan pengetahuan.
Karya:
A Treatise Of Human Nature
Risalah Mengenai sifat Manusia selanjutnya direvisi pada tahun 1740 menjadi:
Enquiry Concerning Human Understanding.
Penelitian pemahaman atas manusia

INDUKSI:
Adalah penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih luas daripada premisnya, sehingga merupakan cara berpikir dengan menarik simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yangt bersifat individual. Keuntungan dari cara berpikir ini adalah mengkondisi berlanjutnya penalaran, dan sangat ekonomis.
Contok induksi

Jika seorang-orang akan melakukan penelitian dengan menggunkan metode induksi, maka harus melalui tahapan-tahapan berikut:

  1. perumusana masalah: masalah yang hendak dicarikan penjelasan ilmiahnya.
  2. pengajuan hipotesis:mengajukan penjelasan yang masih bersifat sementara untuk diuji lebih lanjut melalui verifikasi
  3. pengambilan sample:pengumpulan data dari beberapa fakta particular yang dianggap bisa mewakili keseluruhan untuk keperluan penelitian lebih lanjut]
  4. Verifikasi:pengamatan disertai pengukuran statistic untuk memberi landasan bagai hipotesa
  5. tesis: hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
    INGIN BAHAN TAYANG TOKOH-TOKOH KLIK [TOKOH EMPIRISME & RASIONALISME]

APRIORI :

TERMINOLOGI:
Dari kata latin “prius Sebelum, karena itu ilmu-ilmu ini ingin menentukan apa kiranya yang mendahului adanya kenyataan itu.
CARA KERJA:
Apriori cara kerjanya berada ruang lingkup ilmu-ilmu pasti yang biasanya disebut dengan cara “deduksi”, karena lingkup mendahului adanya kenyataan itu [prius], maka sangat mengandalkan “rasio” rasionalisme
RASIONALISME:
Merupakan aliran yang mengakui bahwa pengetahuan itu pada hakikatnya berdasar pada akal [rasio]. Akal merupakan penggerak dari sebuah kesanggupan untuk berpikir. Tanpa pikiran, tentu tidak ada sesuatu yang dipikirkan , dan tidak ada yang diketahuinya.
Rasionalisme menolak pengetahuan yang hanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman.
Tiga tokoh terkenal dalam kelompok yang mewakili wilayah rasionalisme ini antara lain:

  • Rene Descartes
  • Leibnitz
  • Wolff

SEKILAS TOKOH

Rene Descartes
Adalah seorang-orang yang berasal dari Perancis, mendapatkan ajaran pada biara katholik. Descartes membangun system filsafati yang melibatkan metode penelitian, metafisika, fisika, dan biologi mekanistik.
Menurutnya, jika akan memulai harus ada pangkalmnyaà titik archimides. Pangkal yang yang dimaksud adalah pangkal pikir yang menyatakan “ Cogito ergo sum”, karena aku berpikir, jadi akau ada. Dengan demikian akal [berpikir] menjadi pangkal filsafatnya, oleh karenanya aliran ini dikenal rasionalisme.

Leibnitz.
Seorang Jerman yang pada usia 17 tahun telah menjadi sarjana, Teorinya menyatakan bahwa segala sesuatu itu terjadi dari monode, tidak ada hubungannya dengan luar, dan tidak mempunyai hubungan apa pun. Pengetahuan tidak berpangkal di luar diri kita, tetapi berpangkal pada diri kita sendiri, yaitu akal. Gagagasan cemerlangnya melahirkan doktrin “Doctrine of innate idea” [innate = dibawa sejak lahir]

Wolff.
Adalah seorang warga Jerman yang merupakan eksoponen dari aliran rasionalisme. Ia adalah seorang guru besar yang menyebarkan pokok-pokok pikiran rasionalis. Kita dapat memperoleh pengetahuan atas dasar rasio, terlepas dari pengalaman. Apa yang dikatakan rasio itulah yang benar. Dengan tegas menyatakan bahwa pengetahuan kita senantiasa berdasarkan innate ideas yang bersumber pada diri kita dan berpangkal dari rasio kita.

DEDUKSI Deduksi diberi batasan sebagai penalaran dengan simpulan yang lebih sempit daripada wilayah premisnya. Cara kerja deduksi berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. SILOGISMUS

Simpulan :

  • Akhirnya Aristoteles menggabungkan antara Aprori dan Aposteriori.
  • Munculnya faham fenomenalisme ajaran Immanuel Kant [1724-1804] yang mendamaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Faham ini menjelaskan bahwa pengetahuan manusia merupakan paduan atau sintesa antara unsure-unsur apriori dan aposteriori. Dari sintesa tersebut dapat dirumuskan secara holistic baik secara empiris yang juga dilandasai penalaran logis.

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN

  1. Donny Gahral Adian [2002] Menyoal Obyektivisme Ilmu Pengetahuan: Penerbit Teraju Jakarta 38 :43 :48:
  2. Ismali Asy-Syarata [2005] Ensilkopedia Filsafat : Penerbit PT Kahlifa Jakartaà 43 :68 :82:188:205
  3. Jujun Suriasmantri [2004] Ilmu Dalam Perpektif [Sebuah kumpulan karangan tentang hakikat ilmu] : Yayasan Obor Indonesia Jakarta Bab IV 61:70
  4. Mohammad Muslih [2006] Filsafat Ilmu [Kajian atas dasar asumsi dasar paradigma dan kerangka Teori Ilmu pengetahuan]: Penerbit Belukar Yogyakarta Bab III 48 :52
  5. Lavine. T.Z [1984] David Hume [Risalah filsafat empirisme] : Penerbit Jendela Yogyakarta
  6. Rene Descartes [2003] Discourse Method [terjemahan Diskursus Metode] : Penerbit IRCiSoD Yogyakarta
  7. Sonny Keraf [2001] Ilmu Pengetahuan [Sebuah Tinjauan Filosofis]: Penerbit Kanisius Yogyakarta Bab III, 43:62
  8. Sutardjo.A. Wiraatmaja [2006] Pengantar Filsafat: PT Refika Aditama Bandung Grafindo Bab IV 93:98
  9. Thoyibi M [1994] Filsafat Ilmu dan Pengembangannya: Penerbit Universitas Muhhadiyah Surakarta, Surakarta 65 : 70Verhaak [2004]
  10. Donny Gahral Adian [2002] Menyoal Obyektivisme Ilmu Pengetahuan: Penerbit Teraju Jakartaà 38 :43 :48:
    Ismali Asy-Syarata [2005] Ensilkopedia Filsafat : Penerbit PT Kahlifa Jakartaà 43 :68 :82:188:205
  11. Verhaak [2004] Filsafat ilmu Pengertahuan [Seri Filsafat Driyarkara1. Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu]: PT Gramedia Jakarta Bab III. 27-66, Bab IV, 81-87
Anda dapat download power point "peranan teori dalam penelitian"

CATATAN RINGKASAN FILSAFAT ILMU, BUKU THOYIBI

CARING II
[Catatan – Ringan ]
FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA
[Editor : M Thoyibi]
Gudang kami sengaja untuk memilih karya yang dieditori oleh, M Thoyibi karena disamping kaya akan catatan yang mudah dicerna, buku ini merupakan kumpulan tulisan pakar filsafat ilmu. Namun kurang bijak rasanya kalau dikupas secara tuntas, karena akan melanggar karya cipta intelektual, juga akan mencundangi penerbit. Oleh karenanya akan dibahas terbatas, dengan gaya mencuplik sana-sani. Secara keseluruhan buku ini merupakan kumpulan tulisan dari sembilan orang penulis, masing-masing:
  1. Hakikat Dasar Keilmuan [ Jujun. S. Suriasumantri]
  2. Filsafat Ilmu, Sejarah Kelahiran, Serta Perkembangannya [Koento Wibisono Siswomihardjo]
  3. Teori Pengetahuan dan Perannya dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan [Charles M.Stanton]
  4. Filsafat Yunani Batu Pertama untuk Kultur Modern [Muchlis Hamidy]
  5. Ilmu Pengetahuan, kelahiran dan Perkembangannya, Klasifikasi, Sserta Strategi Pengembangannya [Koento Wibisono Siswomihardjo]
  6. Metode Mencari Ilmu Pengetahuan : Rasionalisme dan Empirisme [H.B.Sutopo]
  7. Pragmatisme dan Realisme Modern [D.Edi Subroto]
  8. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Konteks Masa Kini dan Masa Mendatang
  9. Pengembangan Metode Keilmuan di Perguruan Tinggi dalam kecenderungan IPTEK Dewasa ini [S. Farid Ruskanda]

Selanjutnya dicuplik beberapa tulisan, antara lain tulisan : Jujun. S. Suriasumantri, Koento Wibisono Siswomihardjo dan H.B.Sutopo.
Cuplikan-cuplikan
[Jujun. S. Suriasumantri]
Apakah Ilmu?
Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang akan terjadi. Dengan demikian, penjelasan ini memungkinkan kita untuk mengontrol gejala tersebut. Untuk itu, ilmu membatasi ruang jelajah kegiatan pada daerah pengalaman manusia. Artinya, obyek penjelajahan keilmuan meliputi segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalaman manusia lewat pancaideranya.
Secara epistemology, ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pikiran dan indera. Epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara pikiran secara rasional dan berpikir secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut digabungkan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran.

Apakah Kebenaran?
Ilmu, dalam menemukan kebenaran, mensandarkan dirinya kepada beberapa criteria kebenaran, yakni:

  • Koherensi
  • Korespondensi
  • Pragmatisme.

Apa Koherensi?
Koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria konsistensi suatu argumentasi
Apa Korespondensi?
Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan tersebut.
Apa Pragmatisme?
Pragmatisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kreteria tentang fungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang, dan waktu tertentu.
Apa Metode Ilmiah?
Metode ilmiah merupakan langkah-langkah dalam memproses pengetahuan ilmiah dengan menggabungkan cara berpikir rasional dan empiris dengan jalan membangun jembatan penghubung yang berupa pengajuan hipotesis.
Apa Hipotesis ?
Hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik secara rasional dalam sebuah kerangka berpikir yang bersifat koheren dengan pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebelumnya.
Apa langkah-langkah Metode Ilmiah?
Langkah metode ilmiah adalah langkah yang berporoskan “troika”

  • Penyusunan kerangka berpikir berdasarkan logika deduktif
  • Pengajuan hipotesis sebagai kesimpulan dari kerangka berpikir tersebut
  • Pengujian [verifikasi] hipotesis.
    Berdasarkan troika ini maka metode ilmiah dikenal sebagai proses:

“Logiko-Hipotetiko-Verifikatif atau Dedukto-hipotetiko-verifikatif”

Bagaimana Proses Kegiatan Ilmiah?
Proses kegiatan ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berpikir yang bersifat analitis. Logika merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis agar kegiatan berpikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih. Kegiatan ilmiah pada pokoknya mempergunakan dua jenis logika yakni :

  • Logika deduktif
  • Logika Induktif

Apa Logika Deduktif?
Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum kepada pernyataan yang bersifat khas.
Apa Logika Induktif?
Merupakan cara penalaraan kesimpulan dari penyataan yang bersifat individual [khas] kepada pernyataan yang bersifat umum.

H.B.Sutopo:
Apa Rasionalisme ?
Faham rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal [ratio]. Kebenaran dan kesesatan pada dasarnya terletak di dalam gagasan manusia, bukan di dalam diri barang sesuatu. Kebenaran hanya ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal saja. Pengalaman tidak dingkari, tetapi ia hanya sebagai perangsang pikiran. Seorang-orang bernama Descartes merupakan bapak rasionalisme yang berusaha menemukan kebenaran [pengetahuan] dengan menggunakan metode berpikir deduktif.
Seorang pengikut rasionalisme menggunakan pikir untuk memperoleh kebenaran-kebenaran yang harus dikenalnya, bahkan sebelum adanya pengalaman.
Apakah Empirisme?
Paham ini mementingkan pengalaman indera. Pengetahuan diperoleh lewat pengalaman indera. Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan dan membandingkan gagasan-gagasan yang diperoleh dari penginderaan serta refleksinya. Akal manusia hanya merupakan tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil pengeinderan kita.
Jhon Locke adalah seorang-orang tokoh empirisme dengan teorinya yang kerap disebut dengan “tabula-rasa”.
Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat konkret dan diungkap lewat penginderaan gejala bila ditelaah lanjut akan menghasilkan pola yang teratur mengenai kejadian tertentu. Dengan mengumpulkan pengalaman, kita akan bisa melihat kesamaan dan perbedaan gejala yang ada, yang selanjutnya menjadi pengetahuan.
Bagaimana kata akhir pertentangan antara Rasionalisme dengan Empirisme?
Perang pikir antara Empirisme dan Rasionalisme, ternyata dipadamkan oleh faham “fenomenalisme” ajaran Immanuel Kant [1724-18-04]. Oleh karenanya ia dianggap mendamaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme mementingkan unsur “apriori” dalam pengenalan, terlepas dari segala pengalaman. Empirisme menekankan unsur-unsur “Aposteriori”, yang berarti unsur yang berasal dari pengalaman.
Menurut Kant keduanya berat sebelah. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa pengetahuan manusia merupakan paduan atau sintesis antara unsur-unsur apriori dan unsur aposteriori. Dari sintesis tersebut dapat dirumuskan beragam yang lengkap baik secara empiris maupun dilandasi penalaran yang logis dan dapat lebih jelas dirumuskan kaitan [sebab-akibat] dari suatu gejala yang terjadi di alam ini.

Koento Wibisono Siswomihardjo
Merujuk buah pikir Van Peursen:
Menghadapi perkembangan pemikiran umat manusia dewasa ini, ternyata dapat diskemakan dengan tiga tahapan pemikiran yakni :

  • Mistis
  • Ontologis
  • Fungsional

Apa tahapan pemikiran Mistis?
Dalam tahapan ini kebenaran atau kenyataan adalah sesuatu yang “given”, mistis, dan tidak perlu ditanyakan
Apa tahapan pemikiran Ontologis?
Pada tahapan ini manusia dan masyarakat mendambakan kebenaran substansial
Apa tahapan pemikiran Fungsional?
Pada tahapan ini kebenaran dan kenyataan diletakkan pada fungsi atau relasi kemanfaatannya.
Aktualisasi ketika dinamika perkembangan manusia, dalam bidang keilmuan:
Orang mulai mempertanyakan”apa hakikat ilmu pengetahuan” itu, yang jawabnya tidak semudah sebagaimana diperkirakan. Implikasi dari perkembangan manusia membuahkan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, cabang ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain. Garis demarkasi antara ilmu-ilmu murni dan ilmu-ilmu terapan menjadi kabur;
Kedua, dengan semakin kaburnya garis demarkasi itu, timbullah persoalan mengenai sejauh mana nilai-nilai etik dan moral dapat intervensi dalam kegiatan ilmiah.
Ketiga dengan kehadiran teknologi yang mendominasi kehidupan manusia di segala bidang, timbul pertanyaan filsafati apakah dengan dominasi ilmu pengetahuan itu kehidupan menjadi maju atau justru sebaliknya. Itulah sebabnya filsafat menjadi actual, khususnya filsafat ilmu yang kita butuhkan dari interdependensi antar cabang ilmu yang satu dengan cabang ilmu yang lain, juga dengan filsafat sendiri.
Apa Filsafat ilmu?
Filsafat ilmu [Philosophy Of Science, Wissenchaftlehere, Wetenschapleer] merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan, sebab pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ‘a higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, obyek kedua cabang filsafat ini disana sini berhimpitan, namun berbeda salam aspek pembahasannya.
Strategi Pengembangan Ilmu.
Berbicara tentang strategi pengembangan ilmu, dewasa ini terdapat tiga macam pendapat:
Pertama, ilmu berkembang dalam otonomi tertutup, dalam hal ini pengaruh konteks dibatasi, bahkan disingkirkan.
Kedua, ilmu harus lebur dalam konteksnya, tidak hanya merupakan refleksi, melainkan juga memberikan alasan pembenaran konteksnya.
Ketiga, ilmu dan konteksnya saling meresapi dan saling mempengaruhi untuk memberi kemungkinan bagi timbulnya gagasan-gagasan baru yang actual dan relevan bagi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan waktu dan keadaan.
Wusana kata.
Filsafat ilmu bukanlah sekedar metodologi ataupun tata cara penulisan karya ilmiah. Filsafat ilmu merupakan refleksi secara filsafati akan hakikat ilmu yang tidak akan mengenal titik henti dalam menuju sasaran yang akan dicapai., yaitu kebenaran dan kenyataan.
Memahmi filsafat ilmu berarti memahami seluk beluk ilmu pengetahuan sehingga segi-segi dan sendi-sendinya yang paling mendasar, untuk dipahami pula perspektif ilmu, kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar [cabang] ilmu yang satu dengan yang lain.
Filsafat ilmu perlu disebarluaskan untuk dikuasai oleh para tenaga pengajar dan peneliti, agar memungkinkan mereka untuk mensublimasikan disiplin ilmu yang ditekuninya ke dataran filsafati sehinga sanggup memikirkan spekulasi-spekulasi yang terdalam untuk menciptakan paradigma-paradigma baru yang relevan dengan budaya masyarakat bangsanya sendiri.

Monday, January 28, 2008

CATATAN RINGAN FILSAFAT ILMU


CARING

[Catatan Ringan]
Sumber : FILSAFAT ILMU [Drs. Rizal Mustansir M.Hum + Drs. Misnal Munir M.Hum]

Pengertian Filsafat :
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Philosophia”, Philos aratinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Shopia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Definisi Filsafat:[berdasarkan watak dan fungsinya]


  1. Sekumpulan sikap kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis
  2. Suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi
  3. Usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam
  4. Analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentrisme
  5. Sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Ciri berfikir kefilsafatan:



  1. Radikal: artinya sampai keakar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan
  2. Universal: artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jaspers terletak pada aspek keumumannya.
  3. Konseptual;p artinya merupakan hasil generalisasi dan abstarksi pengalaman manusia. Misalnya: apakah kebebasan itu ?
  4. Koheren dan Konsisten [runtut]: Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
  5. Sitematik: artinya pendapat merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
  6. Komprehensif; artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan
  7. Bebas : artinya samapai batas-batas yang luas, pemikiran kefilsafatan boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, histories, cultural, bahkan religius.
  8. Bertanggungjawab : artinya seorang orang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.

Delapan hal penting yang mempengaruhi struktur pikiran manusia, yaitu:
1. Mengamati [observes]
2. Menyelidiki [inquires]
3. Percaya [believes]
4. Hasrta [desires]
5. Maksud [intends]
6. Mengatur [organizes]
7. Menyesuaikan [adapts]
8. Menikmati [enjoys]

Ciri Pengenal Pengetahuan ilmiah

  1. Berlaku Umum: artinya jawaban atas pertanyaan apakah sesuatu ahal itu layak atau tidak layak, tergantung pada factor-faktor subyektif
  2. Mempunyai kedudukan mandiri [otonomi]: artinya meskipun factor-faktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri
  3. Mempunyai dasar pembenaran: artinya cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin
  4. Sistematik : artinya ada system dalam susunan pengetahuan dan dalam cara memperolehnya
  5. Intersubyektif: artinya kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah didasarkan atas institusi-institusi serta pemahaman-pemahaman secara subyektif, melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri.

Prasyarat yang harus dimiliki seorang ilmuwan:

  1. Prosedur ilmiah yang harus ditempuh agar hasil kerja ilmiah itu diakui oleh para ilmuwab lainnya
  2. Metode ilmiah yang harus dipergunakan, sehingga kesimpulan atau hasil temuan ilmiah itu bisa diterima oleh para ilmuwan, terutama bidang ilmu sejenis.
  3. diakui secara akademis karena gelar atau pendidikan formal yang ditempuhnya.
    Ilmuwan yang baik juga harus mempunyai rasa ingin tahu [curiosity]

Pengertian Filsafat Ilmu:

  1. Robert Ackermann: Filsafat Ilmu adalah sebuah tinjaun kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan
  2. Lewis White Beck: Filsafat Ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikian ilmiah, sera mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan
  3. Cormnelius Benyamin : Filsafat Ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan praangapan-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual
  4. May Brodbeck: Filsafat Ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

Tujuan Filsafat Ilmu :

  • Sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang-orang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmu yang digelutinya, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistic. Solipsistik adalah pola sikap yang mengganggap dirinya paling benar
  • Usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metiode keilmuan.
  • Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Oleh karenannya setiap metode keilmuan yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan

Implikasi:

  • Bagi seorang-orang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu. Baik ilmu alam maupun ilmu sosial, sehingga antar ilmu dapat saling menyapa.
  • Menyadarkan seorang-orang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara-gading”. Yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya.


DETAIL BUKU:
JUDUL : Filsafat Ilmu
PENGARANG : Ds. Rizal Mustansyir M.Hum + Drs. Misnal Munir M.Hum
PENERBIT : Pustaka Pelajar Jl. Celeban Timur UH III/548 Tyogyakarta 55167 Telp [0274] 381542. E-mail : pustaka@yogya.wasantara.net.id
CETAKAN : I Maret 2001
ISBN : 979-9289-48-3
JUMLAH HALAMAN:180