Cari Sesuatu ?

Google

Monday, November 1, 2010

KEBENARAN DALAM MATRIK

KEBENARAN DALAM MATRIK: SUMBER Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafatà Dr. Ali Anwar, MSi, dan Drs. Tono TP.)

TEORI KOHERENSI

Teori kebenaran saling berhubungan

Perumusan

Protagoras, dikembangkan : Hegel (abad 19)

Prinsip

Deduksi (Umum -- Khusus)

Tingkat Kebenaran

Kuat/lebih meyakinkan

URAIAN/CONTOH

· Sesuatu itu benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu konsisten dengan kebenaran sebelumnya

· Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui dan diakui benar

· Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta, melainkan karena ia bersesuaian atau berselarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki

TEORI KORESPONDENSI

Suatu itu benar jika ada yang dikonsepsikan sesuai dengan obyeknya (Fakta)

Perumusan

Bertrand Rusel (1872-1970), awalnya Aritoteles

Prinsip

Induksi (Khusus--Umum)

Tingkat Kebenaran

Tingkat kebenaran agak rendah karena sifat metode induksi itu sendiri

URAIAN/CONTOH

· Kebenaran dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (Observasi dan Verifikasi)

· Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi) antara apa yang dimaksud oleh suatu pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan fakta

TEORI PRAGMATIS

Suatu itu benar jika menimbulkan akibat positif

Pencetusnya

Charles S, Pierce (1835-1914)

Para Ahlinya

William James (1842-1910), Jhon Dewey (1859-1952)

Tingkat Kebenaran

Lemah (ada unsure subyektivisme)

URAIAN/CONTOH

· Benar tidaknya suatu pendapat, teori, atau dalil semata-mata beragantung pada faedah dan tidaknya pendapat tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya yaitu ada nilai praktis, ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfies), berlaku (work)

· Bagi pragmatism, suatu agama bukan benar karena Tuhan yang disembah atau Tuhan itu benar-benar ada, tetapi karena pengaruhnya yang positif dan berkat kepercayaan itu, masyarakat jadi tertib

Sunday, October 31, 2010

ILMU PERBANDINGAN AGAMA DAN FILSAFAT.

Dari buku ini ada kutipan yang bermanfaat, yakni sekitar apa ilmu itu.
Hasil sadapan sebagai berikut:

ILMU ( Yang dimaksud Ilmu Pengetahuan)

· Ilmu adalah hal-hal yang diketahui (keseluruhan dari kebenaran-kebenaran yang terkait antara satu dan lainnya secara sistematis)

· Ilmu adalah hal-hal yang kita dapat mengetahui sesuatu (kemampuan untuk menarik kesimpulan dari sejumlah data tertentu dan dengan cra tertentu)

· Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai dasar dan berlaku secara umum dan niscaya/pasti

· Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemisasikan . Suatu pendekatan /metode pendekatan terhadap dunia empiris, yaitu dunia yang terkait dengan ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia

· Science empircal, rational, general and cummulative and is all four one” (Ilmu ialah empiris, rasional, umum dan bertimbun-bersusun, dan semuanya serentak) (Ralph Ross)

· Ilmu adalah pengetahuan yang telah disitemisasikan, yakni disusun teratur mengenai suatu bidang tertentu yang jelas batas-batasnya mengenai sasaran, cara kerja, dan tujuannya. Ilmu diikat oleh suatu kesamaan cara kerja yang disebut metodologi (metode ilmiah), dan merupakan suatu disiplin ilmiah. Ilmu lahir Dari pengamatan yang cermat melalui mata, pencerapan indera, yakni mencerap melalui mata, telinga, hidung, otak dan lain-lain, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat-alat bantuan (mikroskop, sinar X, teleskop, radio teleskop, potret prisma, high fidely microphone, dan sebagainya). Ilmu baru dikatakan ilmu kalau telah lengkap menyeluruh. Ilmu adalah pengetahuan yang telah menyempurnakan diri berdasarkan kumpulan data yang lebih lengkap dan perbaikan cara kerja terus menerus.[Halaman: 17-18]

SIFAT-SIFAT ILMU:

1. Rasional : (Proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hokum logika)

2. Empiris (Kesimpulan yang didapatnya harus dapat ditundukkan pada verifikasi pancaindera manusia)

3. Sistematis: (Fakta yang relevan itu harus disusun dalam suatu kebulatan yang konsisten)

4. Umum: ( harus dapat dipelajari oleh setiap orang tidak bersifat esoteric)

5. Akumulatif: (Kebenaran yang diperoleh selalu dapat dijadikan dasar memperoleh kebenaran)

[halaman 19-20]

Data Buku:

JUDUL : Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat

PENULIS:DR. Ali Anwar Yusuf. Drs. Tono.TP

PENERBIT: CV Pustaka Setia. Jl. BKR-LIngkar Selatan No. 162-164. Telp:(022-5210588-5224105.

ISBN: 979-739-585-6

CETAKAN: I : Oktober 2005

TEBAL: 232 halaman

Thursday, October 28, 2010

TIGA INSTITUSI KEBENARAN

Mengendus dari buku Pak H. Endang Safiuddin Anshari MA.

TIGA INSTITUT KEBENARAN

(Sumber Ilmu-Filsafat & Agama- H.Endang Saifuddin Ashari, MA)

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk pencari kebenaran, karena dalam dirinya selalu diliputi oleh rasa keingintahuan. Nalarnya selalu menjelajah untuk menemukan kebenaran. Daya jelajah otak kadang terbatas, dan disertai keterbatasan daya tangkap indera, memungkinkan capaian terbatas. Namun ketika rasa ingin tahu yang tak mungkin terbendung manusia selalu mencari dan mencari. Terdapat tiga jalan untuk menghapiri kebenaran itu yakni, Agama, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Namun ketiga jalan penemuan kebenaran itu memiliki kekhususan. Adapun kekhususan yang dimaksud adalah, adanya titik persamaan, adanya titik perbedaan namun juga ada titik singgung.

ILMU PENGETAHUAN:

Ilmu pengehtauan itu pada hakikatnya merupakan hasil usaha manusia yang kemudian disusun dalam satu system mengenai kenyataan, sturktur, pembagian., bagian-bagian dan hukum-hukum tentang asal muasal yang pernah diselidikinya, seperti: (alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaan, yang kebenarannya diverifikasi/diuji secara empiris, riset ataupun eksperimental.

FILSAFAT

Endang Saifuddin Anshari, MA (1979:157), mendefiniisikan filsafat sebagai hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:

(a) Hakekat Tuhan;

(b) hakekat alam semesta;

(c) hakekat manusia; serta sikap manusia termasuk sebagai konsekwensi daripada faham (pemahamnnya) tersebut.Untuk itulah dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertainya, pertama, adalah sifat menyeluruh artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu sendiri, tetapi melihat hakekat ilmu dalam konstalasi pengetahuan yang lainnya, kedua, sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikirfilsafat tidak sekedar melihat ke atas, tapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara fundamental, dan ciri ketiga, sifat spekulatif, bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari perjelajahan pengetahuan (Jujun, 1990:21-22)

AGAMA


Agama–pada umumnya– merupakan (1) satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; (2) satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu; (3) satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan (Anshari, 1979:158).
Agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada obyek yang ia sembah. Seseorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.Agama tak dapat dipisahkan dari bagian-bagian lain dari kehidupan manusia, jika ia merupakan reaksi terhadap keseluruhan wujud manusia terhadap loyalitasnya yang tertinggi. Sebaiknya, agama harus dapat dirasakan dan difikirkan: ia harus diyakini, dijelaskan dalam tindakan (Titus, 1987:414).

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN:

Baik ilmu, filsafat ataupun agama bertujuan–sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang–sama yaitu kebenaran. Namun titik perbedaannya terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat berumur pada ra’yu (akal, budi, rasio, reason, nous, vede, vertand, vernunft) manusia. Sedangkan agama bersumberkan wahyu.Disamping itu ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filasafat menghampiri kebenaran dengan exploirasi akal budi secara radikal (mengakar); tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan pelbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan saat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah wahyu yang diturunkan Allah.
Baik ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sanksi dan tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Annshari, 1996:158-160).

Thursday, October 7, 2010

OLAH AKAL BUDI

DASAR-DASAR LOGIKA DAN FILSAFAT ILMU
Buku ini layaknya buku filsafat ilmu lainnya, membentangkan hal ikhwal kehadiran Filsafat serta rincian terminologinya. Yang dibahas buku ini antara lain:
HAKIKAT FILSAFAT:
[]Ruang Lingkup dan Tujuan Kajian
[]Dasar-dasar Kefilsafatan
[]Hakikat Ontologi Filsafat
[]Hakikat Epistemologi Filsafat
[]Hakikat Axiologi Filsafat
[]Hakikat Manusia dan Kehidupan
LOGIKA FORMAL
[]Ruang Ligkup dan Kajian
[]Pengertian Logika Formal
[]Makna Pengertian dan Definisi
[]Makna Keputusan
[]Makna Proposisi Majemuk
[]Makna Penyimpulan dan Silogisme
LOGIKA MATERIAL
[]Ruang Lingkup dan Tujuan Kajian
[]Pengertian Logika Material
[]Asal-Usul Pengetahuan
[]Makna Batasan Benar dan Salah
[]Makna Kriterium
[]Makna Metode
HAKIKAT FILSAFAT ILMU
[]Ruang Lingkup dan Tujuan
[]Dasar-dasar Filsafat Ilmu
[]Hakikat Ontologi Ilmu
[]Hakikat Epistemologi Ilmu
[]Hakikat Aksiologi Ilmu
[]Hubungan Antara Filsafat, Ilmu, Agama dan Kehidupan
[]Hubungan Teori dengan penelitian Ilmiah
Data buku
JUDUL: Olah Akal Budi
PENULIS: Dr. Arifin MSi
PENERBIT: LILIN Pogung Lor Blok C-190 Sleman Yogyakarta. Telepon: (0274) 8268461. E-mail: redakililin@gmail.com
ISBN: 978-602-97511-0-9
TEBAL: 240 halaman. 14 x 21 cm
CETAKAN: 2010
[]
TERSARIKAN SEBUAH MANFAAT BERFILSAFAT:

KEGUNAAN FILSAFAT:

  1. Dengan filsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus melakukan perenungan dan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rokhani manusia dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana
  2. Dengan berfilsafat seseorang dapat memahami makna hakikat hidup manusia, baik dalam lingkup pribadi maupun social. Dengan berfilsafat seseorang akan mampu memberi arti terbaik, unggul dan integral terhadap makna hidup, dan sanggup memahami keunggulan dan kelemahan diri, sehingga dapat memperkokoh kepribadian diri
  3. Kebiasaan menganalisa segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan obyektif dalam melihat dan memecahkan beragam problema kehidupan, sehingga mampu meraih kualitas, keunggulan dan kebahagiaan hidup
  4. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam. Dengan terlatihnya seseorang dalam melihat dan menganalisa hakikat segala sesuatu secara komprehensif dan mendalam, maka seseorang akan mampu meminimalisisr kecenderungan mentalitas negative, misalnya egoistis, individualistis, parsialis, dan diskriminatif. Beragam problem social akan bermunculan ketika mentalitas negative tersebut mendominasi setiap proses-proses social sehari-hri dalam kelompok
  5. Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berpikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh oleh factor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui harkat martabat orang lain. Karena itu, belajar filsafat akan mendorong tumbuhnya sikap mentela kompetitif secara sehat dan berkualitas
  6. Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan yang baik. Karena berfikir filsafat selalu mendorong seseorang untuk membangun keterbukaan berpikir, ketelitian dan melakukan analisis terdalam, serta terdorong untuk melakukan inovasi berdasarkan penemuan terbaru (invention) (Jhonstone, H.W. 1968; Tafsir, 2004; Sudiarja, dkk.2006)



Saturday, August 21, 2010

FILSAFAT ILMU - DARSONO PRAWIRONEGORO


Wednesday, May 12, 2010

FILSAFAT JIWA DAN FILSAFAT ILMU

Penulis buku ini ingin mendialogkan antara filsafat jiwa dengan filsafat ilmu kontemporer pasca reduksionis.

Tuesday, April 27, 2010

ILMU USHUL FIQIH DI MATA FILSAFAT ILMU

Buku ini ingin memaparkan dimensi epitesmologi (metodologi keilmuan) sebagai salah satu pilar keilmuan untuk meneropong atau dengan istilah cantiknya mendiskusikan jatidiri ILMU USHUL FIQIH. Filsafat ilmu telah mematok harga, bahwan suatu ilmu dikatakanOntologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui. Apa yang ingin diketahui oleh ilmu? atau dengan perkataan lain, apakah yang menjadi bidang telah ilmu atau disebut ilmu jika memiliki tiga kerangka dasar ilmu, (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) .
Ontologis meneropong:
  • Obyek apa yang ditelaah ilmu Ushul Fiqh ?
  • Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek ilmu Ushul Fiqh?
  • Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia [seperti berpikir, merasa dan mengindera] yang membuahkan pengetahuan.

Buku ini memberikan jawaban secara ontologis Ilmu Ushul Fiqh memiliki obyek telaah bagaimana manusia menangkap hukum Allah, dan bagaimana segenap persoalan serta cara-cara memahami maksud Tuhan. Pada dasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat. Aksiologi adalah wilayah yang membicarakan kegunaan ilmu, dan nilai-nilai.

Selanjutnya telaah diarahkan kepada teropongan aksiologi (kegunaan ilmu). Sedikitnya ada tiga pertanyaan terkait dengan aksiologi:

  • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu Ushul Fiqh itu dipergunakan ?
  • Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral ?
  • Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?

Buku ini memberikan jawaban bahwa secara aksiologi ilmu ushul fiqh mengantarkan manusia agar memahami maksud Tuhan, sehingga mendapatkan kebahagiaan di dumia dam kahirat.

Kemudian bagaimana pembahasan terkait dengan Epistemologi?

Landasan epistemology tercermin secara operasional dalam metode ilmiah . Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuan berdasarkan :

  • Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
  • Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka tersebut dan
    Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud dengan menguji kebenaran pernyataan secara factual.

Buku ini telah memberikan jawabnya.(sila membaca lajut dalam buku aslinya)

Catatan: [Buku semacam ini telah lahir banyak sekali, ketika dan transformasi berani dari berubahnya IAIN menjadi UIN. Tradisi keilmuan terbuka lebar dan beberapa informasi bergulat tan filter lagi. Sekarang metode Hermeneutika mendapat tepat. Tentunya hal ini penuh perdebatan seru antara setuju dan menunggu]

JUDUL: Ilmu Ushul Fiqh
PENULIS: Dr. Muhyar Fanani
PENERBIT: Walisongo Press. Jl. Walisongo No. 3-5 Semarang 50185 Telp: (024) 7615923; 081325639165
ISBN: 978-979-1596-68-8
TEBAL: xii + 180 halaman;14 x 20 cm
CETAKAN: Nopember 2009. Cetakan I
[]

Tuesday, March 16, 2010

FILSAFAT ILMU: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI, DAN LOGIKA ILMU PENGETAHUAN

Sebelumnya telah diterbitkan (2007-2008) dengan judul Filsafat Ilmu dan Logika. Pada penerbitan ini, judul diubah sesuai dengan isi yang terdapat didalamnya, sehingga judul yang dipilih adalah, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Judul ini menurut penulisnya dianggap tepat dan lengkap karena judul menyerminkan landasan utama dalam membahas filsafat ilmu, melalui empat pilar utamanya. Terkait denganjudul bahasan berpusar pada Bab keempat, bab kelima dan bab ketujuh.
Bab keempat, menjelaskan tentang landasan penelaahan ilmu, dan yang dibahas meliputi ontologi, epistemologi, aksiologi, yang selanjutnya dikaitkan dengan signifikansi ilmu pengetahuan kembali ke filsafat. Selanjutnya bab empat ini juga membentangkan relevansi Ontologi, Epitemologi dan Aksiologi dengan Ilmu Politik. Relevansi Ontologi, epistemologi dan aksiologi juga dikaitkan dengan Ilmu antropologi. Gudang filsafat ini tertarik untuk membahas kedua relevansi tersebut.
Bab kelima, menjelaskan tentang struktur atau bangunan ilmu pengetahuan terdiri dari: metode ilmiah; teori; hipotesis; logika, data informasi, pembuktian, evaluasi dan paradigma
Bab ketujuh membahas tentang logika ilmu dan metode berfikir dan metode ilmiah, engertian metode berfikirbilmiah logika, pengertian logika dan penlaran ilmiah, macam-macam logika, kegunaan logika, bahasa keilmuan, model dan kriteria motode berfikir ilmiah, metode berfikir rasional: asas dalam berpikir, serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode rasional.
RELEVANSI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI TERHADAP ILMU POLITIK DAN ANTROPOLOGI.
Buku ini mengangkat Relevensi pilar keilmua Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi dikaitkan dengan Ilmu Politik dan Antropologi, tentunya memiliki alasan kuat mengapa hanya dikaitkan dengan Ilmu Politik dan Antropologi?
Gudang Filsafat ini memandang bahwa buku ini sengaja dirancang untuk kebutuhan pembelajaran mahasiswa di departemen Antropologi dan Ilmu-ilmu Politik. Barangkali inilah yang mendorong diunggahnya relevansi Antropologi dan Ilmu Politik terhadap pilar keilmuan (Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi).
Selanjutnya tingkat relevansi diurai jelas sebagai berikut:
Dasar ontologi ilmu. Pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu politik. Adapun...belum tuntas.
Data buku
JUDUL: Filsafat Ilmu : ontologi, Epistemologi ,Aksi0ologi dan Logika Ilmu Pengethauan
PENULIS: Drs.H. Muhammad Adib, MA
PENERBIT: Pustaka Pelajar Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167. tELP: (0274) 381542. E-mail; pustakapelajar@telkom,net
ISBN: 978-602-8479-93-6
TEBAL: xxv + 280 halaman; 21 cm
CETAKAN: Edisi ke 2 Cet Pertama Pebruari 2010
[]